Izaak Huru Doko Layak Jadi Pahlawan Nasional (1918 – 1985)

IZAAK HURU DOKO, Lahir : 20 November 1918, Ledemanu, Sabu, NTT, Wafat : 29 Juli 1985, Kupang, NTT

Izaak Huru Doko memimpin dan mengorganisir tenaga-tenaga nasional untuk menghadapi Pemerintah Reaksioner Belanda (NICA) dan kaki tangannya. Ia pernah menjabat Menteri Penerangan N.I.T yang membantu perjuangan RI dan mengembalikan Presiden dan Wakil Presiden serta pemerintah RI ke Yogya. Karena perjuangan inilah, maka dalam tahun 1948, NIT diakui secara resmi oleh Pemerintah RI. Izaak Huru hampir menjadi korban G30S/PKI, dan termasuk dalam daftar utama orang yang harus dilenyapkan. Atas jasa-jasanya itu pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putra Adipradana.

Badan Pertimbangan Perintis Kemerdekaan (BPPK) tingkat pusat menilai putra Nusa Tenggara Timur (NTT), Izaak Huru Doko (almarhum), lebih layak ditetapkan sebagai pahlawan nasional daripada dianugerahkan sebagai perintis pergerakan kemerdekaan sebagaimana direkomendasikan Gubernur NTT.

“BPPK yang mengusulkan Izaak Huru Doko menjadi pahlawan nasional hingga Presiden selaku Ketua Dewan Tanda Kehormatan menganugerahkan tanda jasa,” kata Kasubdin Pengembangan dan Pelayanan Sosial (PYS) dan Pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kejuangan Dinas Sosial NTT, Yery Pelokila di Kupang, Kamis.

Penganugerahan tanda jasa sebagai pahlawan nasional itu berlangsung di Istana Negara, Kamis (9/11). Selain Izaak Huru Doko, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, juga menganugerahkan kepada tujuh pahlawan nasional lainnya atas jasa-jasa mereka yang luar biasa terhadap bangsa dan negara ini.

Pelokila mengatakan, berdasarkan hasil kajian dan riwayat hidup serta perjuangan Izaak Huru Doko, pada tanggal 17 Juli 2005, Dinas Sosial Provinsi NTT mengajukan usulan permohonan rekomendasi Gubernur NTT tentang pemberian penghargaan atas jasa-jasanya.

Gubernur NTT, Piet Alexander Tallo, SH, kemudian menerbitkan rekomendasi Nomor: Binsos 48.2/17/2005 tanggal 3 Agustus 2005 sebagai bahan kelengkapan sekaligus dukungan persyaratan usulan kepada Menteri Sosial untuk dipertimbangkan dan ditetapkan sebagai perintis pergerakan kemerdekaan.

Berkas permohonan usulan Gubernur NTT disampaikan kepada Menteri Sosial, tanggal 5 Desember 2005. Setelah diteliti BPPK ternyata Izaak Huru Doko dianggap lebih layak ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

“Selain data riwayat hidup dan perjuangan Izaak Huru Doko, BPPK juga menggunakan hasil seminar yang digelar Universitas Kristen Artha Wacana Kupang tanggal 22 April 2006 yakni adanya dua orang saksi hidup yang mengetahui jasa-jasa Izaak Huru Doko yang luar biasa di masa perjuangan,” ujarnya.

Dua orang saksi hidup itu yakni Prof Nia Noach, M.ED dan Prof Herman Ataupah, yang memberikan kesaksian bahwa Izaak Huru Doko terbukti melawan penjajah Belanda dan Jepang.

“Dengan ditetapkannya Izaah Huru Doko sebagai pahlawan nasional, maka NTT sudah memiliki seorang pahlawan yang patut dijadikan panutan dan mengisi pembangunan bangsa dan negara,” ujar Pelokila.

Sementara penghargaan bagi perintis pergerakan kemerdekaan sudah dianugerahkan Menteri Sosial RI kepada 15 orang putra NTT antara lain, Elisa Rame Herewila, Rufus Tuku Sanu dan Yermias Tuan Pelo.

Riwayat Perjuangan

Hasil kajian Dinas Sosial Provinsi NTT antara lain menyatakan, Izaak Huru Doko yang lahir di Seba, Pulau Sabu, 20 Nopember 1913 itu saat dibangku sekolah guru (H.I.K) Bandung, memimpin organisasi “de Timorsche Jongeren” yang mempunyai cabang di kota-kota besar di Indonesia.

Almarhum Izaak Doko juga pernah menjabat Ketu Partai Politik Perserikatan Kebangsaan Timor di Kupang yang berazaskan nasionalisme/kebangsaan dengan tujuan mencapai Indonesia merdeka.

Selama penjajahan Jepang, tetap memelopori perjuangan Kemerdekaan Indonesia melalui surat kabar `Timor Syuho` dibawah asuhannya dan menjadi anggota “syo Sunda Tju San In” yang berkedudukan di Singaraja Bali.

Setelah diberhentikan sementara oleh Pemerintah NICA sejak 1 September 1945 sampai dengan 14 Maret 1946, sempat memimpin danmengorganisir tenaga-tenaga nasional bersama Tom Pello untuk menghadapi Pemerintahan Reaksioner Belanda dan kaki tangannya.

Menurut hasil kajian Dinas Sosial NTT, Izaak Huru Doko terlibat dalam enam kegiatan/aktivitas yang mengarah kepada perjuangan kemerdekaan RI sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.

Setelah proklamasi, ia menggeluti 23 jenis kegiatan yang berbasis mempertahankan kemerdekaan RI sehingga jasa-jasanya dianggap luar biasa bagi bangsa dan negara.

Antara

Sumber : Dari Sini

Cawapres Megawati Baru Diumumkan pada Rakernas Berikutnya

Kompas Online, SOLO, RABU, 28 Januari 2009 — Rakernas IV PDI-P gagal mengusung calon wakil presiden. Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri menegaskan, nama bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan diusung partai ini diumumkan pada rapat kerja nasional (rakernas) selanjutnya.

"Rapat kerja nasional yang akan datang akan menjadi puncak penentuan cawapres pendamping dalam pemilu," kata Megawati dalam penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI-P di Solo, Rabu (28/1) malam.

Ia mengatakan, hasil rakernas di Solo ini akan ditindaklanjuti dalam rapat kerja yang diselenggarakan pada waktu dan tempat yang akan ditentukan. Menurut dia, dalam rakernas ini telah diusulkan nama sejumlah bakal cawapres yang telah dikerucutkan menjadi sejumlah nama.

Penentuan bakal cawapres yang akan diusung pada rakernas berikutnya, kata dia, sangat tergantung pada evaluasi yang situasional. Dalam penutupan ini, Rakernas PDI-P tidak mengumumkan nama-nama bakal cawapres yang akan diusung.

Sementara itu, menurut dia, beberapa bulan mendatang merupakan bulan yang sangat dinamis bagi partai politik dalam upaya memenangkan pemilu legislatif. Oleh karena itu, ia meminta seluruh pengurus PDI-P untuk segera melakukan konsolidasi dalam menghadapi pemilu legislatif.

Hasil rakernas yang tidak memunculkan nama bakal cawapres ini diakui Ketua DPC Fakfak, Papua Barat, Yosep Renmeuw. Menurut dia, dalam rakernas ini hanya menyusun kriteria calon wapres yang akan disandingkan dengan Megawati.

Kompas Online, Rabu, 28 Januari 2009

SOLO, — Hari kedua penyelenggaraan Rakernas IV PDI Perjuangan terus berjalan dinamis. Nama Surya Paloh tiba-tiba menyeruak di antara calon pendamping Megawati Soekarnoputri yang diusulkan perwakilan daerah. Ada nama baru yang kini dianggap oleh para utusan daerah layak mendampingi Megawati Soekarnoputri.

"Yang paling utama disebut di forum, Sri Sultan, Prabowo Subianto, Akbar Tanjung, Hidayat Nurwahid serta Surya Paloh. Pak Surya Paloh, tidak pernah kita duga-duga sebelumnya. Mungkin, karena dekat dengan Pak Taufik. Surya Paloh muncul secara mengejutkan," kata Sekjen DPP PDI Perjuangan Pramono Anung kepada para wartawan, Rabu (28/1).


Pramono menjelaskan, nama Surya Paloh disebut oleh beberapa daerah, antara lain, Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, dan Gorontalo. Nama-nama yang muncul itu kemudian ditabulasikan. Siapa yang akhirnya dipilih, akan direkomendasikan oleh tim kecil yang akan dibentuk.


"Dari nama-nama yang mucul itu, kita membuat tim kecil. Tim kecil ini fungsinya untuk merumuskan nama-nama yang paling banyak dipilih sebelum diserahkan kepada Ibu Mega," jelas Pramono. Tim perumus ini berasal dari luar partai. "Siapa namanya saya tidak etis, yang jelas satu dua orang dari partai," kilah Pramono Anung.


Namun, di tempat terpisah dari sumber di kalangan PDI Perjuangan, tim kecil yang akan dibentuk ini berjumlah 12 orang. Salah satu yang masuk dari tim ini adalah ekonom Faisal Basri.


"Saya dapat informasinya seperti itu. Namun bisa saja berubah, melihat perkembangannya saja nanti," kata sumber itu. Tim kecil atau tim penentu atau tim 12 ini, kemungkinan akan diketuai oleh Ibu Megawati langsung.

Akibat terjadinya tarik menarik internal, kemungkinan di akhir Rakernas tidak akan disebut siapa nama cawapres yang akan dipilih. Nama-nama itu hanya dipertajam kriterianya.

PKB Tak Risaukan Manuver Gus Dur

Kompas Online Selasa, 27 Januari 2009

Laporan wartawan Kompas Winarto Herusansono

SEMARANG, SELASA — Pengurus Partai Kebangkitan Bangsa mengaku tidak risau dengan manuver politik KH Abdurrahman Wahid yang menggiring massanya bergabung dengan PDI-P. Manuver itu dinilai hanya sesaat, dan diikuti segelintir elite partai politik di tingkat atas, bukan massa di bawah.

"Manuver itu justru menunjukkan adanya pihak tertentu mempermainkan PKB, termasuk menjual partai politik ini pada pihak lain. PKB itu wadah politik sebagian besar masyarakat Nahdlatul Ulama, yang tentu saja tidak segaris perjuangan dengan partai nasionalis kecuali untuk kepentingan sesaat," kata Direktur Eksekutif Pemenangan Pemilu DPP Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Kadir Karding, Selasa (27/1), menanggapi gencarnya upaya Gus Dur mengajak massanya bergabung ke PDI-P.

Abdul Kadir Karding menegaskan, ada sejumlah alasan koalisi ini tidak berjalan. Baik kader dan simpatisan warga Nahdlatul Ulama maupun kader Partai Kebangkitan Bangsa masih belum sepenuhnya percaya kalau PDI-P, juga partai politik lain, mampu memperjuangkan aspirasi warga nahdliyin.

Pihaknya pun yakin perolehan suara PKB juga tidak akan berkurang dengan adanya ajakan koalisi itu. Pada Pemilu 2004, PKB mampu meraup suara sebanyak 2,3 juta suara. Jumlah perolehan suara itulah yang menjadi target PKB pada Pemilu 2009.

Megawati: Pemerintah Jadikan Rakyat Seperti Yoyo

Kompas Online Selasa, 27 Januari 2009

SOLO, SELASA — Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menyatakan, pemerintah gagal mengendalikan harga barang pokok kebutuhan rakyat (sembako). Kebijakan penurunan harga BBM, dinilainya, sebagai kebijakan setengah hati, yang hanya dilakukan untuk menarik simpati publik, bukan untuk meningkatkan daya beli dan kesejahteraan rakyat.

“Pemerintah telah menjadikan rakyat seperti permainan anak-anak yaitu yoyo yang terlempar ke sana kemari-mari. Kelihatannya indah, tetapi pada dasarnya membuat rakyat tak menentu hidupnya,” ujar Megawati dalam pengarahannya pada pembukaan Rakernas IV PDI-P di Hotel the Sunan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (27/1).

Megawati juga menilai kebijakan seperti itu menunjukkan ketidakrelaan pemerintah untuk berkorban lebih banyak bagi kepentingan rakyat banyak. Lebih lanjut, ia juga mengkritik kebijakan pembangunan ekonomi yang dinilainya membabi buta. Rakyat tidak menjadi subyek pembangunan, tapi obyek. Yang terjadi kemudian, rakyat bersikap pasif, menerima keadaan.

Pembukaan rakernas diawali dengan sekapur sirih dari Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, lalu dilanjutkan dengan laporan Ketua Panitia Rakernas PDI-P Puan Maharani. Setelah itu, baru Megawati tampil memberi pengarahan.

Ballroom Hotel the Sunan penuh sesak oleh ribuan kader PDI-P dari seluruh Indonesia. Di sisi kanan dan kiri bagian depan dipasang spanduk besar bergambar Megawati dan Puan Maharani. Sementara, di bagian depan terpampang gambar Megawati dan ayahnya yang merupakan Proklamator Indonesia, Soekarno. Jalan raya menuju hotel sejak pagi ditutup untuk umum.

Sonya Helen Sinombor,Sutta Dharmasaputra

Kompas Online, Senin, 26 Januari 2009

SOLO, - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak mengundang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kubu Muhaimin Iskandar dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV di Solo, 27-28 Januari 2009. Ketua Panitia Rakernas IV PDIP, Puan Maharani, di Solo, Senin (26/1), mengatakan, PDIP sengaja hanya mengundang unsur pimpinan dari PKB kubu KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.

Ia berkilah, diundangnya Gus Dur dan bukan Muhaimin Iskandar lebih disebabkan unsur kedekatan dengan Ketua Dewan Syura PKB ini. "Kami memiliki kedekatan dengan Gus Dur, sehingga beliau yang diundang," katanya.

Ia mengatakan, tidak ada tendensi khusus terhadap tidak diundangnya Muhaimin dalam rakernas ini. "Kami juga memiliki hubungan baik dengan Pak Muhaimin, namun secara kedekatan kami hanya mengundang Gus Dur agar tidak terjadi permasalahan," katanya.

Namun, Gus Dur sudah menyampaikan tidak dapat hadir dalam pembukaan pada hari Selasa (27/1). "Sebagai gantinya, beliau kemungkinan akan mewakilkan kepada putrinya, Yenny Wahid," katanya.

Sementara itu, lanjut dia, sejumlah tokoh yang juga telah menyatakan kesanggupannya untuk hadir dalam pembukaan rakernas di antaranya mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono IX, mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subiyanto, serta mantan Ketua MPR Amien Rais.

"Untuk Pak Hidayat Nurwahid kami mengundang Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring, sebagai pimpinan partai," katanya.

Adapun kesiapan rakernas di Solo ini, lanjut dia, telah mencapai 90 persen. Sejumlah agenda yang akan dibahas dalam rekarnas ini di antaranya pemantapan strategi PDIP dalam memenangkan Pemilu Legiaslatif serta mengerucutkan sejumlah nama yang akan diusung menjadi bakal calon wakil presiden dalam Pemilu 2009.

Solo (ANTARA News) - Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Solo, 27-29 Januari 2009, akan menentukan dua sampai tiga nama bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang akan diusung dalam Pemilu 2009.


Ketua Panitia Rakernas IV PDIP, Puan Maharani, di Solo, Jateng, Minggu, mengatakan, rapat kerja di Solo ini hanya akan merumuskan kriteria bakal cawapres yang akan disandingkan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Menurut dia, rakernas ini akan mengerucutkan dua sampai tiga nama dari sejumlah nama yang sempat mencuat menjelang Pemilu 2009 ini.

"Semula ada 14 nama yang muncul, kemudian menyusut menjadi 10, lima, dan akhirnya dalam rakernas ini akan dikerucutkan menjadi 2-3 nama," katanya.

Ia mengungkapkan, terdapat lima nama bakal calon yang cukup mencuat menjelang rakernas, masing-masing Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Mantan Pangkostrad Letjen (Purn) Prabowo Subiyanto, dan mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung.

Ia menjamin, rakernas IV ini akan berlangsung dinamis, di mana masing-masing DPD dan DPC dari seluruh Indonesia diberi kesempatan untuk menyampaikan nama calon untuk mendampingi Mengawati.

"Seluruh perwakilan akan diberi kesempatan untuk menyampaikan masukan dalam rakernas," katanya.

Ia kembali menegaskan, Rakernas PDIP di Solo ini tidak akan merekomendasikan satu nama untuk diusung sebagai cawapres.

Nama cawapres pendamping Megawati, kata dia, akan ditetapkan dalam rakornas pada bulan Mei 2009, pascapemilu legislatif.

"Dua sampai tiga nama yang muncul dalam rakernas di Solo ini akan dipilih salah satunya untuk diusung sebagai cawapres," katanya.

Menurut dia, nama yang akan diusung tersebut dipastikan mampu mendukung Megawati untuk memenangi Pemilu Presiden.

Sementara itu, untuk mewujudkan target PDIP dalam mengusung Cawapres, partai ini telah melakukan pendekatan secara personal kepada sejumlah bakal calon yang akan diusung.

Adapun kesiapan rakernas di Solo, lanjut dia, saat ini 33 DPD dan 474 DPC se-Indonesia telah menyatakan kesanggupannya untuk hadir.(*)

Gus Dur Restui Massanya ke PDI-P

Written by widodo Tribun Batam
Minggu, 25 Januari 2009

SEMARANG, TRIBUN- Dewan Perwakilan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Jawa Tengah berharap akan tambahan suara dari massa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kubu Gus Dur di Jawa Tengah dalam Pemilu Legislatif 2009. Hal itu mengemuka dalam konferensi pers sebelum kegiatan istigasah yang diadakan PDIP-PKB kubu Gus Dur di Kota Semarang, Minggu (25/1) dimulai.

"Tidak ada target angka, yang pasti kami menginginkan suara terbanyak. Kami yakin karena 'warisan' massa Gus Dur di Jateng masih banyak," ujar Ketua DPD PDI-P Jateng Murdoko. Harapan tersebut kelihatannya mendapat sambutan baik langsung dari Gus Dur.

Abdurahman Wahid selaku Ketua Dewan Syuro PKB yang kalah di pengadilan menyatakan membebaskan pilihan massa pendukungnya untuk menyumbang suara dalam Pemilu Legislatif 2009. Namun, ia juga tidak memungkiri suara dari massanya akan diarahkan ke PDI-P.

"Kalau Pak Murdoko mengajak rakyat untuk memilih PDI-P supaya dapat suara terbanyak kan tidak salah," tutur Gus Dur. (KOMPAS)

Friday, 02 January 2009 Jakarta, wahidinstitute.org


Selama tahun 2008, masih ada beberapa elemen bangsa yang mempermasalahkan pluralisme. Padahal pluralisme adalah keniscayaan bangsa Indonesia.


Menurut KH Abdurrahman Wahid, kelompok yang menolak pluralisme itu akibat ketidaktahuan terhadap sejarah lahirnya bangsa Indonesia.


"Jadi menurut saya, kita juga mengalami krisis identitas," kata KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat menggelar Orasi Catatan Akhir Tahun di Hotel Santika, Jakarta, Minggu (28/12/ 2008).


Di atas panggung, tampak sebagai penanggap yaitu, rohaniawan Romo Magnis Soeseno, mantan Menteri Sekretaris Negara Bondan Gunawan, mantan Juru Bicara Presiden Wimar Witoelar dan pakar komunikasi politik Effendy Ghazali. Acara yang berlangsung gayeng itu dimoderatori oleh wartawan Tempo, Wahyu Muryadi.


Salah satu cara mengatasinya, kata Gus Dur, bangsa Indonesia harus membangun batasan bersama. Batasan itu adalah penghargaan terhadap pluralisme tidak akan diutak-atik. Batasan ini juga berlaku saat membahas Undang-undang Dasar negara.


Gus Dur mengakui, batasan itu belum pernah dibicarakan bangsa. "Akibatnya terjadi pertentangan antara kelompok yang menganggap dirinya paling benar dan kelompok yang menganggap bahwa Indonesia ini merupakan kesatuan dari sejumlah pandangan-pandangan."


Namun perbedaan itu tetap harus didialogkan. "Jadi, satu sama lain kita haruslah sama-sama menenggang rasa," kata Gus Dur.


Tradisi menghargai perbedaan itu, kata Gus Dur, sudah terlihat sejak jaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya hingga ke Jawa sebelum bangsa Indonesia berdiri.


Bahkan pada masa Kerajaan Majapahit, tercetus semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu Berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Prinsip yang dicetuskan Mpu tantular ini digunakan sampai sekarang oleh bangsa Indonesia.


Menurut Gus Dur, jejak sejarah itu menunjukkan bahwa Indonesia adalah lahan yang bagus untuk mengadakan perjumpaan-perjumpaan atau mengadakan toleransi yang tinggi.


"Ini adalah konsekuensi dari hidup serba plural tadi. Karenanya kalau ada yang menganggap dirinya lebih berkuasa dari lain-lain, maka namanya dia tidak mengerti kondisi Indonesia," tegas mantan Ketua Umum PBNU ini.


Romo Magnis, yang daulat sebagai penanggap pertama, menyetujui pendapat Gus Dur. "Pluralisme atau kemampuan menerima keanekaan, bukan sesuatu yang impor dari luar negri, melainkan sesuatu yang sudah lama ada di dalam masyarakat Indonesia. Sesuatu yang sudah biasa di masyarakat," kata Magnis.


Dia menjelaskan, peristiwa sejarah yang menyatukan bangsa Indonesia, seperti sumpah pemuda, proklamasi dan sebagainya terjadi karena tradisi pluralisme yang spontan.


"Saya tidak pesimistik dengan itu, karena kini parpol-parpol juga mengakui pluralisme itu. Tapi sekarang juga tumbuh tendensi-tendensi dalam masyarakat yang anti pluralis, yang memaksakan, dan tidak bisa menerima ada orang yang memiliki kepercayaan, keyakinan berbeda. Bahkan lalu diuber-uber. Itu berbahaya," tegas Magnis.


Menurut Magnis, bangsa Indonesia harus bisa belajar bahwa tidak ada kepercayaan yang sama. "Tapi ada nilai-nilai hidup bersama itu kita punyai bersama. Nilai itu penting untuk bersama-sama mengatasi masalah utama kita yaitu kemiskinan," jelasnya.


Perilaku pelaksana negara disoroti Bondan Gunawan. Menurut Bondan, mereka perlu memahami proto nasionalisme. "Darimana bangsa ini terbentuk, mengapa kita terbentuk, dan mengapa kita beraneka ragam," jelasnya.


Tanpa memahami proto nasionalisme dan metode perjuangan para founding fathers mustahil negeri ini akan bangkit kembali. "Karena hanya untuk berebut kekuasaan untuk individu bagi mereka yang maju," tegas Bondan.


Dalam catatannya, Wimar Witoelar menilai pada 2008 terjadi dua hal yang menggemparkan. "Jika di dunia Barat mempermasalahkan kapitalisme, di Indonesia mempersoalkan demokrasi," kata pria berambut keriting ini.


Namun Wimar menilai sampai kapanpun demokrasi adalah sistem yang terbaik. "Karena tidak ada sistem lain yang bisa mendatangkan hal-hal baik," katanya.


Demokrasi, kata Wimar, menjamin pluralisme, dan nilai-nilai kemanusiaan yang lahir di Indonesia. "Konflik golongan, etnis, dan agama, muncul karena permainan politik dan kebodohan," jelasnya.


Pakar komunikasi politik Effendy Ghazali mengatakan issue pluralisme pada tahun 2008 ini tidak terlalu dihargai oleh media massa kita. Selain itu, kini agama sering ditunggangi kepentingan politik. Beberapa elit politik dengan mudahnya meminta fatwa kepada ulama agar golput diharamkan.


"Di sini Gus Dur memberitahu kita mana batas-batas dialog yang perlu selalu kita jaga untuk pluralisme di Indonesia," kata Effendy.[GF]

BERSAMA PRESIDEN RI


SOSOK BERTO IZAAK DOKO

Buah Tidak Akan Jatuh Jauh Dari Pohonnya, itulah Berto Izaak Doko, sebagai cucu Pahlawan Nasional asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Izaak Huru Doko, jiwa kepahlawanan kakeknya mengalir deras dalam jiwa dan darahnya sebagai pengabdi dunia kepemudaan.

Kekerasan hatinya dalam memegang prinsip menjadikan Putera kelahiran Kupang (NTT) ini merupakan sosok yang sangat diperhitungkan banyak kalangan.

Sebagaimana kakeknya yang concern terhadap dunia pendidikan dan sosial, Berto akan menjadi akrab dan mampu berlama-lama kalau diajak berbincang seputar pendidikan maupun sosial kemasyarakatan.

Sudah barang tentu tidak sekedar hanya diperbincangkan saja, Berto yang dipercaya mengemban amanah peserta musyawarah daerah KNPI Kepri melalui jabatan Ketua DPD KNPI Provinsi Kepri selama Tiga Tahun perjalanannya senantiasa bersentuhan dengan pemberdayaan kualitas sumber daya pemuda melalui pendidikan serta membangkitkan rasa kepedulian sosial pemuda dengan memberikan perhatian pada kebutuhan masyarakat di kalangan yang kurang beruntung.

Berto yang dimasa lalu memiliki pengalaman hidup sebagai “orang lapangan”, menjadi fasih dalam mengartikan kepedulian terhadap sesama, rasa setia kawan dan loyalitas menjadi sesuatu yang utama.

Tempaan hidup di lapangan menjadikan Berto memiliki modal kematangan diri dalam berkiprah khususnya di organisasi kepemudaan terbesar di Indonesia KNPI. Kematangan yang menginspirasi pada pentingnya “Super Tim” dalam memimpin KNPI Kepri.

“Super Tim” buat Berto menjadi sebuah keharusan ditambah lagi dengan anugerah mendapatkan partner hidup yang memiliki tipikal hampir sama dengannya sehingga “Super Tim” yang menjadi andalan menjadi semakin solid dan maksimal.

Rasa Nasionalismenya yang tinggi dibuktikan dengan gelaran Apel Siaga Pemuda di Pulau Nipah, sebuah Pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Negara Asing di Wilayah Provinsi Kepri. Gelaran yang mampu mematahkan anggapan bahwa Pemuda yang hidup di daerah perbatasan rentan terhadap disintegrasi bangsa, baginya NKRI sebuah harga mati dan tidak bisa ditawar tawar lagi.

Perfectionisme adalah aliran yang dianutnya dalam menapaki setiap kegiatan hidup, karena selain disibukkan dengan bebagai perusahaan yang dipimpinnya, Berto tetap mampu memperhatikan detail per detail kegiatan organisasi kepemudaan KNPI, sebuah kesempurnaan pararel dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.

Kolaborasi “orang lapangan” yang berjiwa enterpreuner mungkin kata yang lebih tepat untuk memberikan penilaian tentang gayanya membawa organisasi kepemudaan KNPI dengan jargon “wadah berhimpunnya organisasi kepemudaan”.

Dalam kalkulasi yang sederhana, terdapat parameter yang memperlihatkan bahwa KNPI di Propinsi Kepri menjadi penting dan “layak jual”, paling tidak, Berto dalam kapasitasnya sebagai Ketua KNPI Kepri berhasil menunjukkan kedekatan secara formal, personal maupun emosional dengan pihak “penguasa”. Itulah sebabnya dalam setiap kegiatan KNPI, Gubernur Kepri maupun pejabat daerah lainnya dipastikan selalu hadir dan memberikan support.

Dalam konteks pencitraan pemuda yang mandiri, jiwa enterpreunerships yang dimiliki ketua KNPI Kepri menjadi faktor yang sangat menguntungkan. Adalah sebuah gagasan cemerlang, ketika Berto dengan KNPI-nya melaksanakan pelatihan kewirausahaan bagi pengusaha kecil menengah yang tergabung dalam OKP anggota KNPI dengan menggandeng pihak perbankan, dalam rangka mendapatkan kucuran dana pinjaman bagi peserta yang memang dianggap layak.

Menurut catatan, kegiatan tersebut merupakan terobosan bagi mengupayakan kemandirian ekonomi kepemudaan yang patut mendapat apresiasi, walaupun harus lebih ditingkatkan lagi pada tataran implementasinya.

Dengan kemandirian penuh sudah barang tentu KNPI Kepri akan terbebas dari berbagai bentuk intervensi kepentingan sehingga secara otonom dapat memiliki kekuatan. Terutama untuk mengkritisi pelbagai kebijakan pemerintah yang dianggap kurang popular atau tidak berpihak pada kepentingan masyarakat banyak.

Sisi kemandirian pemuda lainnya juga ditunjukkan oleh seorang Berto yang memiliki modal luwes dan dapat diterima semua pihak, dengan upayanya merangkul pihak-pihak yang berkompeten demi memberdayakan kualitas pemuda kepri melalui berbagai pelatihan keterampilan pemuda di bidang welding (pengelasan), computer, mekatronika dan bahkan fasilitas bea siswa hingga jenjang pendidikan S1 untuk pemuda berprestasi dengan satu harapan dapat menjadikan pemuda yang mampu berkompetisi dan berdaya saing.

Disisi sosial dan keagamaan, Berto mampu memberikan contoh kepada kalangan muda khususnya di lingkungan KNPI melalui kegiatan pemberian bantuan sembako kepada kalangan masyarakat yang dianggap kurang mampu, perhatian terhadap anak jalanan serta kegiatan keagamaan khususnya di bulan ramadhan dengan acara gerebeg sahur, buka puasa bersama, gelaran do’a bersama untuk bangsa dan yang lainnya.

Berto Izaak Doko menjadi identik dengan ide dan gagasan, yang terus berubah dan berubah dari waktu ke waktu, lugas layaknya “orang lapangan”. Menjadi tidak mengherankan ketika keadaan memaksanya untuk melakukan perhelatan tingkat Internasional, dengan persiapan yang relatif singkat terlahir Deklarasi Batam yang ditaja oleh peserta dari 25 negara asing dan DPD KNPI Propinsi se-Indonesia.

Komitmen dan kecintaannya kepada Bumi Lancang Kuning mengharuskan Berto menolak tegas Jabatan Elit di KNPI Tingkat Pusat sebagai Bendahara Umum yang sengaja disediakan untuknya.

Tentu tanpa bermaksud melebih-lebihkan figur atau mengkultuskan, karena “Berto Juga Manusia” dengan segala kelebihan dan kekurangannya, paling tidak bersama jajaran kepengurusan yang ada telah mampu mengisi perjalanan KNPI Kepri selama 3 (tiga) tahun kepemimpinannya dengan kegiatan-kegiatan yang Insya Allah memberikan manfaat dan dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan ide dasar pembentukan KNPI sendiri, yaitu ikhtiar menghantarkan generasi muda Indonesia ke masa depan sebagai suatu generasi yang berani, sehat, tangguh dan bertanggung jawab.

Sudah barang tentu lugas tedeng aling-aling layaknya orang lapangan belumlah cukup bagi membawa KNPI kepada paradigma baru, KNPI yang mandiri dan KNPI yang independen, masih dibutukan kearifan-kearifan lain yang semestinya menjadi pilar-pilar pendukung kekuatan dalam koridor semangat kebersamaan.